KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Kami
sampaaikan kehadiran ALLAH SWT, karena dengan rahmat dan ridhonya kami mendapat
hidayah sehingga kami telah dapat Menyelesaikan makalah Keperawatan Dewasa II
ini yang disusun berdasarkan materi yang telah ditentukan; Materi yang kami
tulis dalam makalah ini memang masih minim , karena kami berharap mahasiswa
dapat mengadakan pengembangan diri untuk mencari lagi materi – materi yang
belum lengkap. Kami bertujuan dengan makalah ini dapat membantu kita untuk
belajar mandiri dan juga membuat mahasiswa lebih aktive dan giat dalam belajar.
Demikian makalah ini kami
susun dan kami berharap bermanfaat dan
dapat mendapingi kita dalam proses belajar, dan kami juga mengucapkan terima kasih banyak atas dukungan dari teman
– teman dan dosen pembimbing kami…….*
BAB I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Osteoporosis dapat
dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah
dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang. Di Amerika Serikat
osteoporosis menyerang 20-25 juta penduduk, 1 diantara 2-3 wanita
post-menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas umur 75-80 tahun. Masyarakat
atau populasi osteoporosis yang rentan terhadap fraktur adalah populasi lanjut
usia yang terdapat pada kelompok di atas usia 85 tahun, terutama terdapat pada
kelompok lansia tanpa suatu tindakan pencegahan terhadap osteoporosis. Proses
terjadinya osteoporosis sudah di mulai sejak usia 40 tahun dan pada wanita
proses ini akan semakin cepat pada masa menopause.
Sekitar 80% penderita penyakit osteoporosis adalah wanita, termasuk
wanita muda yang mengalami penghentian siklus menstruasi. Hilangnya hormon
estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terkena osteoporosis. Penyakit
osteoporosis yang kerap disebut penyakit keropos tulang ini ternyata menyerang wanita
sejak masih muda. Tidak dapat dipungkiri penyakit osteoporosis pada wanita ini
dipengaruhi oleh hormon estrogen. Namun, karena gejala baru muncul setelah usia
50 tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini.
Meskipun penyakit osteoporosis lebih banyak menyerang wanita, pria
tetap memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. Sama seperti pada wanita,
penyakit osteoporosis pada pria juga dipengaruhi estrogen. Bedanya, laki-laki
tidak mengalami menopause, sehingga osteoporosis datang lebih lambat. Jumlah
usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam kurun waktu
1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5
juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Dapat dibayangkan betapa besar
jumlah penduduk yang dapat terancam penyakit osteoporosis.
Beberapa fakta seputar penyakit
osteoporosis yang dapat meningkatkan kesadaran akan ancaman osteoporosis
berdasar Studi di Indonesia:
• Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang
dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%,
• sedangkan pria 20-27%, untuk umur di atas 70
tahun untuk wanita 53,6%, pria 38%.
• Lebih dari 50% keretakan osteoporosis
pinggang di seluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050
• Mereka yang terserang rata-rata berusia di
atas 50 tahun, Satu dari tiga
perempuan dan satu dari lima pria di Indonesia terserang osteoporosis atau keretakan tulang.
• Dua dari lima orang Indonesia
memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis. (depkes, 2006)
Berdasar data Depkes, jumlah penderita osteoporosis di
Indonesia jauh lebih besar dan
merupakan Negara dengan penderita osteoporosis terbesar ke 2 setelah
Negara Cina.
- TUJUAN
1.
Tujuan Umum
· Masyarakat Indonesia dapat
mengetahui dampak bahaya dari penyakit osteoporosis sehingga dapat dilakukan
pencegahan sebelum terjadinya penyakit osteoporosis.
·
Untuk memperkecil angka
osteoporosis khususnya di NAD dan Indonesia umumnya.
· Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan
pada pasien penyakit Osteoporosis.
· Untuk mengetahui cara penatalaksanaan dan pengobatan
pada pasien Osteoporosis.
2.
Tujuan Khusus
· Untuk menyelesaikan tugas perkuliahan mata
ajar keperawatan dewasa II di semester V tahun ajaran 2009/2010 yang di bimbing
oleh dosen pembimbing Ns. Imanuddin, S.Kep.
· Untuk menambah nilai di mata ajar keperawatan
dewasa II pada semester V
BAB II
TINJAUAN TEORITIS MEDIS
A.
DEFENISI
Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah, tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal.
Osteoporosis adalah penyakit tulang
yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa
tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang.
B.
KLASIFIKASI
1.
Osteoporosis Primer
Ø Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopause
Ø Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia baik pria maupun wanita
2.
Osteoporosis Skunder
disebabkan oleh penyakit yang berhubungan
dengan :
Ø
Kelainan hepar
Ø
Kegagalan ginjal kronis
Ø
Kurang
gerak
Ø
Kebiasaan
minum alkohol
Ø
Pemakai
obat-obatan atau corticosteroid
Ø
Kelebihan kafein
Ø Merokok
3.
Osteoporosis Idiopatik
Yaitu : Osteoporosis yang tidak di ketahui
penyebabnya dan di temukan pada Usia kanak-kanak (juvenil), Usia remaja
(adolesen), Pria
usia pertengah.
C.
ETIOLOGI
Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen
(hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium
ke dalam tulang
pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia diantara 51-75
tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua
wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal,
wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada
wanita kulit hitam.
Osteoporosis senilis
kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium
yang berhubungan dengan usia
dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan
tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit
ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering
menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.
Kurang
dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang
disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon
tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa
memperburuk keadaan ini.
Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini
terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon
yang normal, kadar vitamin yang
normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.
D.
FAKTOR – FAKTOR RESIKO PENYEBAB
OSTEOPOROSIS
1.
Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Di Ubah
a.
Faktor Mekanis Atau Usia
Lanjut
Faktor mekanis merupakan faktor yang
terpenting dalarn proses penurunan massa tulang sehubungan dengan lanjutnya
usia. Walaupun demikian telah
terbukti bahwa ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor
nutrisi hormonal. Pada umumnya aktivitas
fisis akan menurun dengan bertambahnya usia, dan karena massa tulang merupakan
fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun dengan
bertambahnya usia.
b.
Jenis Kelamin
Osreoporosis tiga kali lebih sering terjadi
pada wanita dibandingkan pria, perbedaan ini disebabkan oleh faktor hormonal dan rangka
tulang yang lebih kecil.
c.
Faktor Genetik
Perbedaan
genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa orang
mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh, orang
kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat dan berat dari
pada bangsa kulit putih. Jadi seseorang yang mempunyai tulang kuat biasanya
jarang terserang osteoporosis.
d.
Riwayat Keluarga Atau Keturunan
Riwayat keluarga
juga mempengaruhi penyakit osteoporosis, pada keluarga yang mempunyai riwayat
osteoporosis, anak-anak yang dilahirkannya cenderung mempunyai penyakit yang
sama.
e.
Bentuk Tubuh
Kerangka tubuh dan skoliosis vertebra yang
lemah juga dapat menyebabkan penyakit osteoporesis. Keadaan ini terutama
terjadi pada wanita antara usia 50-60 tahun dengan identitas tulang yang rendah
dan di atas usia 70 tahun dengan keadaan tubuh yng tidak ideal.
2.
Faktor Resiko Yang Dapat Di Ubah
a.
Kalsium
Faktor makanan ternyata memegang peranan
penting dalam proses penurunan massa tulang sehubungan dengan bertambahnya uisia,
terutama pada wanita post menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat
penting, wanita-wanita pada masa pascamenopause, dengan masukan kalsiumnya
rendah dan absorbsinya tidak baik, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya
menjadi berkurang maka kemungkinan terjadinya osteoporosis ada, pada wanita
dalam masa menopause keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan
serta absorbsinya kurang dan ekskresi melalui urin yang bertambah dapat
menyebabkan kekurangan atau kehilangan estrogen serta pergeseran keseimbangan
kalsium sejumlah 25 mg per sehari pada masa menopause.
b.
Protein
Protein juga
merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa tulang.
Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang
mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium.
Pada umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan
lain. Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan
mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan
mengubah pengeluaran kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang
mengandung protein berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan
kalsium yang negatif.
c.
Estrogen
Berkurangnya estrogen dari dalam tubuh
akan mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan
oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi kalsium dari makanan dan juga
menurunnya konservasi kalsium di ginjal.
d.
Rokok Dan Kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah
banyak cenderung akan mengakibatkan penurunan massa tulang, lebih-lebih bila
disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme pengaruh merokok terhadap
penurunan massa tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak
ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.
e.
Alkohol
Alkoholi merupakan masalah yang sering
ditemukan. Individu dengan pengguna alkohol
mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan ekskresi lewat
urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan pasti tentang
pengguna alkohol.
f.
Gaya
hidup.
Aktifitas fisik
yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan penyangga berat badan merupakan
stimulus penting bagi resorpsi tulang. Beban fisik yang terintegrasi merupakan
penentu dari puncak massa tulang.
E. PATOFISIOLOGI
Ø Dalam keadaan normal terjadi proses yang
terus menerus dan terjadi secara seimbang yaitu proses resorbsi dan proses
pembentukan tulang (remodelling). Setiap ada perubahan dalam keseimbangan ini,
misalnya proses resorbsi lebih besar dari proses pembentukan, maka akan terjadi
penurunan massa tulang
Ø Proses konsolidasi secara maksimal akan
dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pd
bagian trabekula
Ø Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun
pria akan mengalami penipisan tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan
bagian trabekula pada usia lebih muda
Ø Pada pria seusia wanita menopause
mengalami penipisan tulang berkisar 20-30 % dan pd wanita 40-50 %
Ø Penurunan massa tulang lebih cepat pd
bagian-bagian tubuh seperti metakarpal, kolum femoris, dan korpus vertebra
Ø Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur
adalah vertebra, paha bagian proksimal dan radius bagian distal.
F. MANIFESTASI KLINIS
Ø Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang
nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur kompressi pada vertebra (paling
sering Th 11 dan 12 ) adalah:
Ø Nyeri timbul mendadak
Ø Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra
yg terserang
Ø Nyeri berkurang pada saat istirahat di t4
tidur
Ø Nyeri ringan pada saat bangun tidur
dan dan akan bertambah oleh karena
melakukan aktivitas
Ø Deformitas vertebra thorakalis à Penurunan tinggi badan
- PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Ø Pemeriksaan non-invasif yaitu ;
Ø Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang
bertujuan untuk memeriksa kalsium total dan massa tulang.
Ø Pemeriksaan absorpsiometri
Ø Pemeriksaan komputer tomografi (CT)
Ø Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk
memberikan informasi mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula
dan kualitas meneralisasi tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau
krista iliaka.
Ø Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia
urine biasanya dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak
membantu kecuali pada pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA protein).
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan adalah meningkatkan
kepadatan tulang. Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi
kalsium dan vitamin D dalam jumlah yang mencukupi. Wanita pasca menopause yang
menderita osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan
progesteron) atau alendronat, yang bisa memperlambat atau menghentikan
penyakitnya. Bifosfonat juga digunakan untuk mengobati osteoporosis.
Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi. Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.
Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul biasanya diatasi dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya digips atau diperbaiki dengan pembedahan. Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan obat pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi fisik.
Penanganan yang dapat di lakukan pada klien osteoporosis meliputi :
a. Diet
b. Pemberian kalsium dosis tinggi
c. Pemberian vitamin D dosis tinggi
d. Pemasangan penyangga tulang belakang
(spina brace) untuk mengurangi nyeri punggung.
e. Pencegahan dengan menghindari faktor
resiko osteoporosis (mis. Rokok, mengurangi
konsumsi alkohol,
berhati-hati dalam aktifitas fisik).
f. Penanganan terhadap deformitas serta
fraktur yang terjadi.
I.
PENCEGAHAN
Ø Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan
mengkonsumsi kalsium yang cukup.
Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif,
terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun).
Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan
kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan
cukup kalsium. Sebaiknya semua wanita minum tablet kalsium setiap hari, dosis
harian yang dianjurkan adalah 1,5 gram kalsium.
Ø Melakukan olah raga dengan beban
Olah raga beban (misalnya berjalan dan
menaiki tangga) akan meningkatkan kepadatan tulang. Berenang tidak meningkatkan
kepadatan tulang.
Ø Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang
tertentu)
Estrogen membantu mempertahankan kepadatan
tulang pada wanita dan sering diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi
sulih estrogen paling efektif dimulai dalam 4-6 tahun setelah menopause; tetapi
jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah menopause, masih bisa memperlambat
kerapuhan tulang dan mengurangi resiko patah tulang. Raloksifen merupakan obat
menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang efektif daripada estrogen
dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap payudara
atau rahim. Untuk mencegah osteroporosis, bisfosfonat (contohnya alendronat),
bisa digunakan sendiri atau bersamaan dengan terapi sulih hormon.
Ø Hindari :
ü
Makanan tinggi protein
ü
Minum alkohol
ü
Merokok
ü
Minum kopi
ü
Minum antasida yang mengandung
aluminium
BAB III
TINJAUAN
TEORITIS KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Anamnesis
1). Riwayat
kesehatan. Anamnesis memegang peranan penting pada evaluasi klien osteoporosis.
Kadang- kadang keluhan utama mengarahkan ke diagnosa ( mis., fraktur colum femoris pada osteoporosis). Faktor lain
yang diperhatikan adalah usia, jenis kelamin, ras, status haid, fraktur pada
trauma minimal, imobilisasi lama, penurunan tinggi badan pada orang tua,
kurangnya paparan sinar matahari, asupan kalsium, fosfat dan vitamin D, latihan
yang teratur dan bersifat weight bearing.
Obat-obatan yang diminum pada jangka panjang harus diperhatikan seperti
kortikosteroid, hormon tiroid, anti konvulsan, antasid yang mengandung
aluminium, natrium flourida dan etidronat bifosfonat, alkohol dan merokok
merupakan faktor risiko terjadinya osteoporosis.
Penyakit lain yang harus dipertanyakan dan berhubungan dengan osteoporosis adalah penyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrin, dan insufiensi pankreas.
Penyakit lain yang harus dipertanyakan dan berhubungan dengan osteoporosis adalah penyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrin, dan insufiensi pankreas.
Riwayat haid, usia menarke dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi juga
diperhatikan. Riwayat keluarga dengan osteoporosis juga harus diperhatikan
karena ada beberapa penyakit tulang metabolik yang bersifat herediter.
2). Pengkajian psikososial. Gambaran klinis pasien dengan osteoporosis adalah wanita pascamenopause dengan keluhan nyeri punggung yang merupakan faktor predisposisi adanya fraktur multiple karena trauma. Perawat perlu mengkaji konsep diri klien terutama citra diri, khususnya klien dengan kifosis berat. Klien mungkin membatasi interaksi sosial karena perubahan yang tampak atau keterbatasan fisik, tidak mampu duduk di kursi, dan lain-lain. Perubahan seksual dapat terjadi karena harga diri atau tidak nyaman selama posisi interkoitus. Osteoporosis dapat menyebabkan fraktur berulang sehingga perawat perlu mengkaji perasaan cemas dan takut pada klien.
3). Pola aktifitas sehari-hari. Pola aktifitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olah raga, pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, makan, mandi, dan toilet. Olah raga dapat membentuk pribadi yang baik dan individu akan merasa lebih baik. Selain itu, olah raga dapat mempertahankan tonus otot dan gerakan sendi. Lansia memerlukan aktifitas yang adekuat untuk mempertahankan fungsi tubuh. Aktifitas tubuh memerlukan interaksi yang kompleks antara saraf dan muskulosekeletal. Beberapa perubahan yang terjadi sehubungan dengan menurunnya gerak persendian adalah agility (kemampuan gerak cepat dan lancar) menurun, stamina menurun, koordinasi menurun dan dexterity (kemampuan memanipulasi ketrampilan motorik halus) menurun.
2. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breathing).
Inspeksi: ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan tulang belakang.
Palpasi : taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.
Perkusi: cuaca resonan pada seluruh lapang paru.
Auskultasi: pada kasus lanjut usia, biasanya didapatkan suara ronki.
b. B2 ( Blood).
Pengisian kapiler kurang dari 1 detik, sering terjadi keringat dingin dan
pusing. Adanya pulsus perifer memberi makna terjadi gangguan pembuluh darah
atau edema yang berkaitan dengan efek obat.
c. B3 ( Brain).
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat
mengeluh pusing dan gelisah.
a. Kepala dan wajah: ada sianosis
b. Mata: Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis.
c. Leher: Biasanya JVP dalam normal
Nyeri punggung yang disertai pembatasan pergerakan spinal yang disadari dan halus merupakan
indikasi adanya satu fraktur atau lebih, fraktur kompresi vertebra.
d. B4 (Bladder).
Produksi
urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem perkemihan.
e. B5 ( Bowel).
Untuk
kasus osteoporosis, tidak ada gangguan eliminasi namun perlu di kaji frekuensi,
konsistensi, warna, serta bau feses.
f. B6 ( Bone).
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis. Klien osteoporosis
sering menunjukan kifosis atau gibbus (dowager’s hump) dan penurunan tinggi
badan dan berat badan. Ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang,
leg-length inequality dan nyeri spinal. Lokasi fraktur yang sering terjadi
adalah antara vertebra torakalis 8 dan lumbalis 3.
Adapun data yang mungkin muncul pada pasien osteoporosis yaitu :
Adapun data yang mungkin muncul pada pasien osteoporosis yaitu :
Data
subjektif :
- os mengeluh nyeri punggung
- os mengatakan sulit BAB
- os mengatakan mudah lelah
- Adanya riwayat jatuh
- os mengeluh nyeri punggung
- os mengatakan sulit BAB
- os mengatakan mudah lelah
- Adanya riwayat jatuh
Data
objektif
- kekuatan otot menurun
- kekakuan sendi
- deformitas
- kifosis
- fraktur baru
- ketidakseimbangan tubuh
- keletihan
- kekuatan otot menurun
- kekakuan sendi
- deformitas
- kifosis
- fraktur baru
- ketidakseimbangan tubuh
- keletihan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Kurang pengetahuan mengenai
proses osteoporosis dan program terapi
2. Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan
spasme otot
3. Konstipasi yang berhubungan dengan
imobilitasi atau terjadinya ileus (obstruksi usus)
4. Risiko terhadap cedera : fraktur, yang
berhubungan dengan tulang osteoporotik
- INTERVENSI KEPERAWATAN
Memahami Osteoporosis dan Program Tindakan.
- Ajarkan pada klien tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya oeteoporosis.
- Anjurkan diet atau suplemen kalsium
yang memadai.
- Timbang Berat badan secara teratur
dan modifikasi gaya hidup seperti
Pengurangan kafein, sigaret dan alkohol, hal ini dapat membantu
mempertahankan massa tulang.
- Anjurkan Latihan aktivitas fisik yang
mana merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang dengan kepadatan
tinggi yang tahan terhadap terjadinya oestoeporosis.
- Anjurkan pada lansia untuk tetap
membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari dan latihan yang memadai
untuk meminimalkan efek oesteoporosis.
- Berikan Pendidikan pasien mengenai
efek samping penggunaan obat. Karena nyeri lambung dan distensi abdomen
merupakan efek samping yang sering terjadi pada suplemen kalsium, maka
pasien sebaiknya meminum suplemen kalsium bersama makanan untuk mengurangi
terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan cairan yang memadai
dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal.
- Bila diresepkan HRT, pasien harus
diajar mengenai pentingnya skrining berkala terhadap kanker payudara dan
endometrium.
Meredakan Nyeri
- Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat tidur dengan posisi telentang atau miring ke samping selama beberapa hari.
- Kasur harus padat dan tidak lentur.
- Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot.
- Kompres panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot.
- Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit dan hindari gerakan memuntir.
- Postur yang bagus dianjurkan dan mekanika tubuh harus diajarkan. Ketika pasien dibantu turun dari tempat tidur,
- pasang korset lumbosakral untuk menyokong dan imobilisasi sementara, meskipun alat serupa kadang terasa tidak nyaman dan kurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan lansia.
- Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar tempat tidur perlu dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk mengurangi rasa tak nyaman dan mengurangi stres akibat postur abnormal pada otot yang melemah.
- opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan nyeri punggung. Setelah beberapa hari, analgetika non – opoid dapat mengurangi nyeri.
Memperbaiki Pengosongan Usus.
Konstipasi merupakan masalah yang berkaitan dengan imobilitas,
pengobatan dan lansia.
1.
Berikan diet tinggi serat.
2.
Berikan tambahan cairan dan
gunakan pelunak tinja sesuai ketentuan dapat membantu
atau
meminimalkan konstipasi.
3. Pantau asupan pasien, bising usus dan
aktivitas usus karena bila terjadi
kolaps vertebra
pada T10-L2, maka pasien dapat mengalami ileus.
Mencegah Cedera.
1.
Anjurkan melakukan Aktivitas
fisik secara teratur hal ini sangat penting untuk memperkuat otot, mencegah
atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif.
2. Ajarkan Latihan isometrik, latihan ini
dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh.
3. Anjurkan untuk Berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan
postur yang baik.
4. Hindari Membungkuk mendadak, melenggok dan
mengangkat beban lama.
5. Lakukan aktivitas pembebanan berat badan
Sebaiknya dilakukan di luar rumah di bawah sinar matahari, karena sangat
diperlukan untuk memperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D.
BAB. IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Osteoporosis adalah
kelainan di mana terjadi penurunan
massa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis
normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan
tulang, pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah;
tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh
pada tulang normal.
Adapun klasifikasi osteoporosis yaitu :
1. Osteoporosis Primer
Ø Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopause
Ø Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia baik pria maupun wanita
2.
Osteoporosis Skunder
disebabkan oleh penyakit yang berhubungan
dengan :
Ø Cushing's disease
Ø Hyperthyroidism
Ø Hyperparathyroidism
Ø Hypogonadism
Ø
Kelainan hepar
Ø
Kegagalan ginjal kronis
Ø
Kurang
gerak
Ø
Kebiasaan
minum alkohol
Ø
Pemakai
obat-obatan/corticosteroid
Ø
Kelebihan kafein
Ø Merokok
3. Osteoporosis Idiopatik
Yaitu : Osteoporosis yang tidak di ketahui
penyebabnya dan di temukan pada :
1. Usia kanak-kanak (juvenil)
2. Usia remaja (adolesen)
3. Pria usia pertengah
DAFTAR PUSTAKA
Ø http/ wikipedia.com
Ø Potter, Patricia A ( 2005 ). Buku Dasar Fudamental Keperawatan, Keperawatan
; Konsep, proses, dan praktik, EGC. Jakarta.
Ø K.St Pamoentjak, Dr. Med. Ahmad (2003).
Kamus Kedokteran arti dan
keterangan istilah. Jakarta.
Ø Frost HM, Thomas CC. Bone
Remodeling Dynamics. Springfield, IL: 1963.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusterima kasih post,an anda sangat bermanfaat bagi tugas saya,terima kasih yaa
BalasHapusI am very much happy to share to every viewers that is reading this,I want to inform the whole public of how I got help for my herpes, I wanted this since 6 months ago, I have also taken treatment from some doctor,few weeks back I came on the net to see if I will be able to get any information as to cure my herpes, on my search I saw various testimony of people who was helped by a great man called Dr Akhigbe and without any hesitation, I contacted him, I wrote to him and and he guided me, I asked him for solutions and he started the remedies for me and indeed 3 weeks after I started using the medicine, I was completely happy as it worked for me.I went to the hospital for check up and indeed I was declared negative from my disease, and I also waited again for two weeks and went back to another hospital for check up to be fully sure and to my great surprise I was still declared negative, and I decided to share this great opportunity to those people out there fighting this sickness, You can contact him now for your medicine to cure your diseases, contact his Email; drrealakhigbe@gmail.com or Whatsapp +2349010754824 website. hpps:drrealakhigbe.weebly.comDr Akhigbe also cure diseases like..
BalasHapusHIV, Herpes , Cancer, Chronic Disease, Asthma , Parkinson's disease, External infection, Als, progeria, common cold, multiple sclerosis disease, Nausea, Vomiting or Diarrhea, Heart Disease, meningitis, Diabetes, Kidney Disease, Lupus, Epilepsy, Stroke,Eczema, Erysipelas Eating Disorder, Back Pain. etccontact him for your solution.