BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia,
Afrika, Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat
dan Eropa. Menurut data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid di
seluruh dunia dan diperkirakan sekitar 500,000 orang meninggal setiap tahunnya
akibat penyakit ini. Asia menempati urutan tertinggi pada kasus thypoid ini,
dan terdapat 13 juta kasus dengan 400,000 kematian setiap tahunnya.
Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan
angka kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam enteris disebabkan
oleh Salmonella Parathypi A. Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup
dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya
angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah berhawa
dingin. Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak menutup
kemungkinan untuk orang dewasa. Penyebabnya adalah kuman sallmonela thypi atau sallmonela
paratypi A, B dan C.
Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak
dengan seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada
minuman dan makanan, susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat
untuk pembiakan bakteri salmonella, pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat
dan kondisi saniter yang tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam penyebaran
penyakit typhus.
Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi didalam dunia
kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus abdominalis, karena pada
umumnya kuman menyerang usus, maka usus bisa jadi luka dan menyebabkan
pendarahan serta bisa mengakibatkan kebocoran usus.
Untuk
itu kami menyusun makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan
Demam Tifoid” dengan tujuan agar mahasiswa memahami dan mengetahui asuhan
keperawatan pada klien dengan demam tifoid.
B. Tujuan
1.
Tujuan umum :
Mahasiswa dapat mengetahui dan
mencegah terjadinya demam tifoid serta mengimplementasikan asuhan keperawatan
demam thypoid di lapangan.
2.
Tujuan khusus :
a.
Mengetahui konsep medik dan asuhan keperawatan pada
penyakit demam tifoid
b.
Mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan sesuai
konsep dan sesuai indikasi klien
C. Manfaat Penulisan
1.
Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit demam tifoid
2.
Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan demam tifoid
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS
A. KONSEP
DEMAM TIFOID
1. Pengertian
Typus
abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pencernaan dan
dan gangguan kesadaran (Mansjoer, 2000). Demam tifoid adalah penyakit menular
yang bersifat akut, yang ditandai dengan bakterimia, perubahan pada sistem
retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses dan ulserasi
Nodus peyer di distal ileum. (Soegeng, 2002).
Tifus
abdominalis adalah suatu infeksi sistem yang ditandai demam, sakit kepala, kelesuan, anoreksia,
bradikardi relatif, kadang-kadang pembesaran dari limpa/hati/kedua-duanya
(Djauzi & Sundaru; 2003). Typhus Abdominalis adalah penyakit infeksi akut
yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari
satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran (Suryadi, 2001).
2. Etiologi
Etiologi
typhoid adalah salmonella typhi, salmonella para typhi A. B dan C. Ada dua
sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien
dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih
terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1
tahun.
3. Manifestasi
Klinis
Masa inkubasi 10-14
hari. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda yang khas berupa perjalanan yang cepat
yang berlangsung kurang lebih 3 minggu. Gejala Demam Tifoid antara lain sebagai
berikut :
Ø Demam
> 1 minggu terutama pada malam hari
Demam
tidak terlalu tinggi dan berlangsung selama 3 minggu. Minggu pertama
peningkatan suhu tubuh berfluktuasi. Biasanya suhu tubuh meningkat pada malam
hari dan menurun pada pagi hari. Pada minggu kedua suhu tubuh terus meningkat
dan pada minggu ke tiga suhu berangsur-angsur turun dan kembali normal.
Ø Nyeri
kepala
Ø Malaise
Ø Letargi
Ø Lidah
kotor
Ø Bibir
kering pecah-pecah (regaden)
Ø Mual,
muntah
Ø Nyeri
perut
Ø Nyeri
otot
Ø Anoreksia
Ø Hepatomegali,
splenomegali
Ø Konstipasi,
diare
Ø Penurunan
kesadaran
Ø Macular
rash, roseola (bintik kemerahan) akibat emboli basil dalam kapiler
Ø Epistaksis
Ø Bradikardi
Ø Mengigau
(delirium)
5. Pemeriksaan
Diagnostik
a.
Pemeriksaan
leukosit
Di
dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan
limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai.
Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi
berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun
tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah
leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
Sgot
Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal
setelah sembuhnya typhoid.
c.
Biakan
darah
Bila
biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah
negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini
dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
1)
Teknik
pemeriksaan Laboratorium
Hasil
pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini
disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
2)
Saat
pemeriksaan selama perjalanan Penyakit
Biakan
darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan
berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat
positif kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi
terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah
klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila
klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan
kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
d.
Uji
Widal
Uji
widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien
dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen
yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan
dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita tifoid. Akibat
infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1) Aglutinin O, yang dibuat karena
rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
2) Aglutinin H, yang dibuat karena
rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
3) Aglutinin Vi, yang dibuat karena
rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut
hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi
titernya makin besar klien menderita tifoid (Widiatuti, 2001).
2. Penatalaksanaan
a. Perawataan
1) Klien diistirahatkan
7 hari sampai demam atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
2) Mobilisasi
bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada
komplikasi perdarahan.
b.
Diet
1)
Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
2)
Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3)
Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari
lalu nasi tim.
4)
Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas
dari demam selama 7 hari.
c.
Obat-obatan
1)
Kloramfenikol.
Dosis yang diberikan adalah 4 x 500
mg perhari, dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai 7 hari bebas
panas
2)
Tiamfenikol.
Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per
hari.
3)
Kortimoksazol.
Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet
mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg trimetoprim)
4)
Ampisilin dan amoksilin.
Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB,
selama 2 minggu
5)
Sefalosporin Generasi Ketiga.
Dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100
cc, diberikan selama ½ jam per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari
6)
Golongan Fluorokuinolon
a)
Norfloksasin
: dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
b)
Siprofloksasin
: dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
c)
Ofloksasin
: dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
d)
Pefloksasin
: dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
e)
Fleroksasin
: dosis 1 x 400 mg/hari selama 7 hari
f)
Kombinasi obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada
keadaan tertentu seperti: Tifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok
septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur
darah selain kuman Salmonella typhi. (Widiastuti S, 2001).
B. KONSEP KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.
Identitas klien
b.
Dapat terjadi pada anak laki-laki dan perempuan, kelompok umur
yang terbanyak adalah diatas umur lima tahun. Faktor yang mendukung terjadinya
demam thypoid adalah iklim tropis social ekonomi yang rendah sanitasi
lingkungan yang kurang.
c.
Keluhan utama
Pada pasien typus abdominalis keluhan utamanya adalah demam.
d.
Riwayat penyakit sekarang
Demam yang naik turun remiten, demam dan mengigil lebih dari satu
minggu.
e.
Riwayat penyakit dahulu
Tidak didapatkan penyakit sebelumnya.
f.
Riwayat penyakit keluarga
Keluarga ada yang karier
g.
Riwayat psiko social dan spiritual
Kelemahan dan gangguan interaksi sosial karena bedrest serta
terjadi kecemasan.
h.
Riwayat tumbuh kembang
Tidak mengalami gangguan apapun, terkadang hanya sakit batuk pilek
biasa
i.
Activity Daily Life
1)
Nutrisi : pada klien dengan demam tifoid didapatkan rasa mual,
muntah, anoreksia, kemungkinan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2)
Eliminasi : didapatkan konstipasi dan diare
3)
Aktifitas : badan klien lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat
dengan tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktivitas.
4)
Istirahat tidur : klien gelisah dan mengalami kesulitan untuk
tidur karena adanya peningkatan suhu tubuh.
5)
Personal hygiene : klien dianjurkan bedrest sehingga mengalami
gangguan perawatan diri. Perlu kaji kebiasaan klien dalam personal hygiene
seperti tidak mencuci tangan sebelum makan dan jajan di sembarang tempat.
j.
Pemeriksaan fisik
1)
Mata : kelopak mata cekung, pucat, dialtasi pupil, konjungtifa
pucat kadang di dapat anemia ringan.
2)
Mulut : Mukosa bibir kering, pecah-pecah, bau mulut tak sedap.
Terdapat beslag lidah dengan tanda-tanda lidah tampak kering dilatasi selaput
tebal dibagian ujung dan tepi lidah nampak kemerahan, lidah tremor jarang
terjadi.
3)
Thorak : jantung dan paruh tidak ada kelainan kecuali jika ada
komplikasi. Pada daerah perangsang ditemukan resiola spot.
4)
Abdomen : adanya nyeri tekan, adanya pembesaran hepar dan limpa, distensi
abdomen, bising usus meningkat
5)
Ekstrimitas : Terdapat rosiola dibagian fleksus lengan atas.
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi kuman
salmonella thypi.
b.
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat, mual, muntah dan anoreksia.
c.
Resiko devisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat, kehilangan cairan berlebih akibat muntah dan diare.
d.
Gangguan pola eliminasi BAB berhubungan dengan konstipasi
e.
Ansietas berhubungan dengan proses hospitalisasi, kurang
pengetahuan tentang penyakit dan kondisi anaknya
3.
Intervensi Keperawatan
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
1
|
Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan
proses infeksi Salmonella Typhi.
|
Tujuan :
Setelah
diberikan tindakan keperawatan selama 3 x
24 jam, suhu tubuh normal.
Kriteria
hasil :
-
TTV dalam batas
normal
-
TD : 80-120/60-80
mmhg
-
N : 120-140 x/i
(bayi), 100-120 (anak)
-
S : 36,5-370C
-
P : 30-60
x/i (bayi), 15-30 x/i (anak)
|
ü
Observasi
tanda-tanda vital
ü
Beri kompres pada
daerah dahi
ü
Anjurkan untuk
banyak minum air putih
ü Kolaborasi pemberian antiviretik, antibiotik
|
ü Tanda-tanda vital berubah sesuai tingkat perkembangan penyakit
dan menjadi indikator untuk melakukan intervensi selanjutnya
ü
Pemberian kompres
dapat menyebabkan peralihan panas secara konduksi dan membantu tubuh untuk
menyesuaikan terhadap panas
ü
Peningkatan suhu
tubuh mengakibatkan penguapan sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak
ü Mempercepat proses penyembuhan, menurunkan demam.
Pemberian antibiotik menghambat pertumbuhan dan proses infeksi dari bakteri
|
2
|
Resiko pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat,
mual, muntah dan anoreksia.
|
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
kekurangan nutrisi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
-
Nafsu makan meningkat,
-
Tidak ada keluhan anoreksia, nausea,
-
Porsi makan dihabiskan
|
ü
Kaji kemampuan makan klien
ü Berikan makanan dalam porsi
kecil tapi sering
ü Beri nutrisi dengan diet
lunak, tinggi kalori tinggi protein
ü
Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk memberikan
makanan yang disukai
ü
Anjurkan kepada orang tua klien/keluarga untuk
menghindari makanan yang mengandung gas/asam, pedas
ü
Kolaborasi. Berikan antiemetik, antasida sesuai indikasi
|
ü
Untuk mengetahui perubahan nutrisi klien dan sebagai indikator
intervensi selanjutnya
ü
Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan meminimalkan rasa mual dan
muntah
ü
Memenuhi kebutuhan nutrisi adekuat
ü
Menambah selera makan dan dapat menambah asupan nutrisi yang
dibutuhkan klien
ü dapat meningkatkan asam
lambung yang dapat memicu mual dan muntah dan menurunkan asupan nutrisi
ü Mengatasi mual/muntah,
menurunkan asam lambung yang dapat memicu mual/muntah
|
3
|
Resiko defisit volume cairan
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, kehilangan cairan berlebih
akibat muntah dan diare.
|
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam, tidak terjadi defisit volume cairan Kriteria hasil :
-
Tidak terjadi tanda-tanda dehidrasi,
-
Keseimbangan intake dan output dengan urine normal dalam
konsentrasi jumlah
|
ü
Kaji tanda dan gejala dehidrasi hypovolemik, riwayat
muntah, kehausan dan turgor kulit
ü
Observasi adanya tanda-tanda syok, tekanan darah menurun,
nadi cepat dan lemah
ü
Berikan cairan peroral pada klien sesuai kebutuhan
ü
Anjurkan kepada orang tua klien untuk mempertahankan
asupan cairan secara dekuat
ü
Kolaborasi pemberian cairan intravena
|
ü
Hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respon terhadap
dan atau efek dari kehilangan cairan
ü
Agar segera dilakukan tindakan/ penanganan jika terjadi syok
ü
Cairan peroral akan membantu memenuhi kebutuhan cairan
ü
Asupan cairan secara adekuat sangat diperlukan untuk menambah
volume cairan tubuh
ü Pemberian intravena sangat
penting bagi klien untuk memenuhi kebutuhan cairan
|
4
|
Gangguan pola eliminasi
BAB berhubungan dengan konstipasi
|
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pola
eliminasi kembali normal.
Kriteria hasil :
-
Klien melaporkan BAB lancar
-
Konsistensi lunak
|
ü Kaji pola eliminasi klien
ü Auskultasi bising usus
ü
Selidiki keluhan nyeri abdomen
ü Observasi gerakan usus,
perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah feses
ü
Anjurkan makan makanan lunak, buah-buahan yang merangsang
BAB
ü
Kolaborasi. Berikan pelunak feses, supositoria sesuai
indikasi
|
ü
Sebagai data dasar gangguan yang dialami, memudahkan intervensi
selanjutnya
ü
Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi,
penumpukan fekalit
ü
Berhubungan dengan distensi gas
ü
Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan
intervensi
ü
Mengatasi konstipasi yang terjadi
ü
Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan
|
5
|
Ansietas berhubungan
dengan proses hospitalisasi, kurang pengetahuan tentang penyakit dan kondisi
anaknya
|
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, kecemasan
teratasi
Kriteria hasil :
-
Ekspresi tenang
-
Orang tua klien tidak sering bertanya tentang kondisi anaknya
|
ü Kaji tingkat kecemasan yang
dialami orang tua klien
ü Beri penjelasan pada orang
tua klien tentang penyakit anaknya
ü Beri kesempatan pada orang
tua klien untuk mengungkap kan perasaan nya
ü Libatkan orang tua klien dalam
rencana keperawatan terhadap anaknya
|
ü
Untuk mengeksplorasi rasa cemas yang dialami oleh orang tua
klien
ü
Meningkatkan pengetahuan orang tua klien tentang penyakit
anaknya
ü
Mendengarkan keluhan orang tua agar merasa lega dan merasa
diperhatikan sehingga beban yang dirasakan berkurang
ü
Keterlibatan orang tua dalam perawatan anaknya dapat mengurangi
kecemasan
|
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : An. D
Tempat/Tanggal
Lahir : Mandailing/04 September 2008
Nama
Ayah/ibu : Tn. N/Ny.
I
Pekerjaan
Ayah : TNI-AD
Pekerjaan
Ibu : IRT
Alamat :
Asrama 122, Dolok Masihule
Suku :
Mandailing
Agama : Islam
Pendidikan
: SMA
2. Keluhan Utama
Ibu
klien mengatakan anaknya demam selama 5 hari, demamnya naik turun dan tidak
membaik dengan obat penurun panas yang telah diberikan.
3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
a. Prenatal
Ibu klien mengatakan
tidak ada masalah selama kehamilan An. D, ibu klien memeriksakan kandungannya
ke bidan setempat dan dokter kandungan.
b. Natal
Ibu klien mengatakan
kelahiran An. D secara normal dan dibantu oleh bidan setempat dengan BB An. D
adalah 2.8 Kg dan An. D tidak mengalami masalah.
c. Postnatal
Ibu klien mengatakan
tidak ada mengalami pendarahan hebat ataupun masalah lainnya setelah kelahiran
An. D
4. Riwayat Masa Lalu
a. Penyakit
waktu kecil
Orang tua klien
mengatakan sewaktu kecil An. D sering mengalami demam, batuk dan pilek.
b. Pernah
dirawat dirumah sakit
Ibu klien mengatakan
bahwa An. D sebelumnya tidak pernah di rawat di Rumah Sakit, apabila sakit
hanya diberikan obat yang diperoleh dari bidan setempat.
c. Obat-obat
yang digunakan
Ibu klien selalu menyediakan
obat paracetamol di rumahnya.
d. Tindakan
(operasi)
Tidak ada
e. Alergi
Ibu klien mengatakan
bahwa An. D tidak ada riwayat alergi baik makanan/pun minuman.
f. Kecelakaan
Ibu klien mengatakan
An. D tidak pernah dan jangan sampai terjadi kecelakaan.
g. Imunisasi
Ibu klien mengatakan
bahwa imunisasi An. D sudah lengkap karena sangat penting bagi anak.
5. Riwayat Keluarga
Genogram
:
6. Riwayat Sosial
a. Yang
mengasuh
Ny. I dan Tn. N
b. Hubungan
dengan anggota keluarga
Terjalin baik, An. D
sering bermain dengan abangnya dan bercanda dengan kedua orang tuanya.
c. Hubungan
dengan teman sebaya
Ibu klien mengatakan
An. D sering bermain dengan anak-anak di sekitar rumahnya
d. Pembawaan
secara umum
Ibu klien mengatakan
bahwa An. D sangat ceria, baik dan ramah dengan orang yang sudah dikenalnya.
e. Lingkungan
rumah
Ibu klien mengatakan
bahwa An. D tinggal di asrama tentara dengan kondisi rumah bersih, menyatu
antara 1 dengan lainnya, komunikasi antar tetangga terjalin dengan sangat baik.
7. Kebutuhan Dasar
a. Makanan
1) Makanan
yang disukai/ tidak disukai
Ibu klien mengatakan
bahwa sebelum sakit, makanan yang disukai An. D adalah telur, buah apel, dan
jajanan. Selama sakit, An. D masih menyukai telur dan buah apel, sedangkan
ikan, pisang, pepaya An. D kurang suka.
2) Selera
Ibu klien mengatakan
bahwa An. D selera makan hanya dengan telur, dan kecap saja sudah cukup.
3) Alat
makan yang dipakai
Piring, sendok, dan
cangkir.
Ibu klien mengatakan
bahwa An. D sebelum sakit makan 3x/hari dan dihabiskan. Selama sakit makan 3x/hari
itupun tidak dihabiskan.
b. Pola
tidur
1) Kebiasaan
sebelum (perlu mainan, dibacakan cerita, benda yang dibawa tidur)
Ibu klien mengatakan
bahwa An. D kebiasaan sebelum tidur tidak ada, terkadang ibu klien harus
mengelus-elus punggung An. D karena sakit.
2) Tidur
siang
Ibu klien mengatakan
bahwa An. D jarang sekali tidur siang karena lebih banyak dihabiskan untuk
bermain.
c. Mandi
Ibu klien mengatakan
bahwa An.D mandi 2 x /sehari, pagi sebelum pergi kesekolah, dan sore hari,
sedangkan selama sakit An. D belum pernah mandi.
d. Aktivitas
bermain
Ibu klien mengatakan
bahwa An. D setelah pulang dari sekolah langsung bermain bersama teman-teman di
sekitar rumah. Selama sakit hanya berbaring di tempat tidur.
e. Eliminasi
Ibu klien mengatakan
bahwa An. D sebelum sakit BAB sebanyak 1 x/hari, dan BAK tidak tentu, sedangkan
selama ± 1 minggu sampai sekarang (29 April 2013) belum ada BAB, dan BAK ± 4
x/hari selama di rawat.
8. Keadaan Kesehatan Saat Ini
a. Diagnosa medis :
Susp. Typhoid Fever
b. Tindakan
operasi : Tidak ada
c. Status
cairan : Ringer
Laktat
d. Status
nutrisi : Diet M2 TKTP
e. Obat-obatan :
-
Cotrimoxazole 2 x cth I
-
PCT 3 x1 tab
-
Lactulosa 3 x cth I
f. Aktivitas
: An. D
terbaring lemah di tempat tidur, aktivitas
dibantu dan klien terpasang infus di kaki
kanan.
g. Tindakan
keperawatan :
-
Melakukan pemeriksaan Tanda-tanda Vital
-
Menganjurkan orang tua klien melakukan
kompres hangat
-
Menjelaskan pentingnya memakai pakaian
yang tipis dan menyerap keringat
-
Menganjurkan An. D untuk banyak
istirahat selama fase akut
h. Hasil
lab : Tanggal
28 April 2013
-
Haemoglobin : 15.6 g/dl
-
Hematokrit : 46,9 %
-
Leukosit : 9.800/ml
-
Trombosit : 189.000/ml
-
LED :
5 mm
-
Widal :
·
O :
1/80 1/80 1/40 1/80
·
H :
1/40 1/40 1/80 1/80
i.
Foto roentgen : Tidak ada
j.
Lain-lain :
Tidak ada
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan
umum : Lemah, tingkat
kesadaran : Composmentis
b. TB/BB : 118 cm, 27 Kg
c. Lingkar
kepala : 49 cm
d. Kepala
Tulang kepala
normosefalik, rambut hitam, kulit kepala bersih, tekstur lembut, distribusi
rapat, dan kuat, tidak teraba massa, nyeri tekan (-), frontal teraba panas.
e. Mata
Ketajaman penglihatan
baik, sklera putih (tidak ada perdarahan), konjungtiva merah muda, ptosis (-),
refleks cahaya (+ 2), pupil isokor.
f. Leher
Trakea tepat berada di
garis tengah, pembesaran tyroid (-), nyeri tekan (-), refleks menelan (+).
g. Telinga
Ketajaman terhadap
suara (+), tidak ada serumen, cairan (-), simetris antara d/s, kelainan bentuk
(-)
h. Hidung
Septum digaris tengah,
pernafasan cuping hidung (-), tidak beringus, bersih, dan tidak ada nyeri
tekan.
i.
Mulut
Bibir kering, caries
gigi (-), beslag (+), gusi merah muda, otot maseter (+), gerakan lidah baik.
j.
Dada
Thorak simetris,
ekspansi dada baik, vibrasi dinding dada sama, puting (+2), deformitas (-),
fraktur iga (-), nyeri tekan (-).
k. Paru-
paru
Suara napas vesikuler,
RR : 32 x/i, bunyi paru resonan
l.
Jantung
Bunyi S1 dan S2
terdengar jelas, tidak terdengar bunyi jantung tambahan, HR : 130 x/i.
m. Perut
Umbilikus simetris,
acites (-), suepel (+), nyeri tekan (-), peristaltik usus (+) 8 x/i, tekstur
kulit lembut dan elastis (< 2 detik)
n. Punggung
Massa (-), luka (-),
nyeri tekan (-)
o. Genetalia
Bentuk normal, skrotum
(+), meatus uretra (+), testis (+2), nyeri tekan (-)
p. Ektremitas
1) Ekstremitas
atas : Edema (-), ekstremitas
hangat, luka (-), terdapat bekas pemasangan infus (dekstra), jari lengkap,
kekuatan otot (+)
a. Ekstremitas
bawah : Tidak ada varises, nyeri
tekan (-), kekuatan otot (+)
5 5
4
4
q. Tanda
vital
a. RR : 32 x/menit
b. HR : 130 x/menit
c. TD : 85/60 mmHg
d. Temp : 38,1 0C
10. Pemeriksaan Tinggkat Perkembangan
a. Kemandirian
bergaul
An. D mudah
berinteraksi dengan orang lain
b. Motorik
halus
An. D sudah bisa
menggambar, mewarnai dan menjelaskan gambar yang telah dibuatnya
c. Motorik
kasar
An. D dapat menangkap
bola dan melemparkannya, dapat melompat dan dapat berjalan dengan 1 kaki
d. Kognitif
An. D dapat mengingat
nama ayah dan ibunya, dapat menjumlahkan penjumlahan yang sederhana (misalnya 1
+ 1 = 2)
e. Bahasa
:
Bahasa yang digunakan sehari-hari
oleh An. D adalah bahasa Indonesia. An. D berbicara dengan sangat jelas dan
mudah dimengerti.
11. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
laboraturium (terlampir dihalaman 39)
12. Ringkasan Riwayat Keperawatan
Dari
hasil pengkajian didapatkan hasil bahwa An. D demam selama 5 hari, suhu tubuh
38,1 0C, BAB (-) selama 1 minggu, peristaltik usus 8 x/i, An. D
rewel, muntah (-), mual (-), tingkat kesadaran : composmentis, ekstremitas
bawah (+4), An. D terbaring lemah di tempat tidur.
13. Masalah Keperawatan
a. Peningkatan
suhu tubuh
b. Gangguan
pola eliminasi
c. Intoleransi
aktivitas
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Peningkatan
suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi Salmonella Typhi.
2. Gangguan
pola eliminasi (BAB) berhubungan dengan konstipasi
3. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik, tirah baring
ANALISA
DATA
No
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
||||||||||||
1
|
Ds :
ü
Ibu klien mengatakan demam ± selama 5 hari demam
bersifat naik turun, ibu klien mengatakan sudah memberi obat penurun panas
tetapi tidak membaik
Do :
ü Teraba panas
ü An.D rewel
ü T : 38.1 0c
ü RR : 32 x/i
ü HR : 120 x/i
ü Pct 3x1 tab
|
Invasi bakteri salmonela typhi melalui makanan
atau minuman
Terjadi peradangan pada saluran cerna
Dilepaskannya zat pirogen oleh leukosit pada
jaringan yang meradang
Demam tipoid
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi)
|
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi)
|
||||||||||||
2
|
Ds :
ü Ibu klien
mengatakan bahwa An. D sebelum sakit BAB sebanyak 2 x/hari, sedangkan selama
± 1 minggu sampai sekarang (29 April 2013) belum ada BAB
ü Ibu klien
mengatakan makanan yang disukai An. D adalah telur, buah apel, dan jajanan.
Sedangkan pisang, pepaya dan ikan An. D kurang suka
Do :
ü Makan nasi +
telur + kecap
ü Makan apel (+)
ü Peristaltik
usus (8 x/i)
ü BAB (-)
ü Mual, muntah
(-)
ü Abdomen :
Suepel
ü Suara abdomen
: Tympani
|
Terjadi peradangan pada saluran cerna
Penurunan kerja motilitas usus
Konstipasi
Gangguan pola eliminasi (BAB)
|
Gangguan pola eliminasi (BAB)
|
||||||||||||
3
|
Ds :
ü
Ibu klien mengatakan badan anaknya lemas
Do :
ü k/u : lemah
ü Kekuatan otot
(+4)
ü Terbaring di
tempat tidur
ü Terpasang
infus
ü Aktivitas
dibantu Ny. I
|
Proses infeksi virus Salmonella Typhi
Penurunan sistem metabolisme tubuh
Kelemahan fisik
Imobilisasi
Intoleransi aktivitas
|
Intoleransi aktivitas
|
C.
INTERVENSI
KEPERAWATAN
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Rencana
Tindakan Keperawatan
|
||
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
||
1
|
Peningkatan
suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi Salmonella Typhi
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 12 jam, diharapkan suhu klien menurun.
KH
:
1. Suhu
tubuh dalam batas normal (36-37 0C)
2. Membran
mukosa lembab
3. Pengisian
kapiler < 2 detik
4. An.
D tidak rewel (rileks)
-
|
1. Ukur
tanda-tanda vital setiap 2/4 jam
2. Observasi
membran mukosa bibir, pengisian kapiler dan turgor kulit
3. Anjurkan
untuk minum ± 2-2,5 L/menit
4. Anjurkan
kompres hangat pada dahi, ketiak, dan lipat paha
5. Anjurkan
untuk tirah baring/pembatasan aktivitas selama fase akut
6. Anjurkan
untuk menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
7. Kolaborasi
dalam pemberian terapi sesuai indikasi
8. Observasi
hasil pemeriksaan darah dan feses
9. Observasi
adanya peningkatan suhu terus menerus, distensi abdomen, dan nyeri abdomen
|
1. Sebagai
dasar untuk menentukan intervensi
2. Untuk
identifikasi tanda-tanda dehidrasi akibat demam
3. Kebutuhan
cairan dalam tubuh cukup mencegah terjadinya demam
4. Kompres
hangat memberi efek vasodilatasi pembuluh darah sehingga mempercepat
penguapan panas
5. Menurunkan
kebutuhan metabolisme tubuh sehingga menurunkan panas
6. Pakaian
tipis memudahkan penguapan panas saat penurunan panas klien akan banyak
mengeluarkan keringat
7. Untuk
menurunkan panas/mengontrol panas, untuk mengatasi infeksi dan mencegah
penyebaran infeksi, dan penggantian cairan akibat penguapan panas tubuh
8. Untuk
mengetahui perkembangan penyakit typus dan efektifitas terapi
9. Peningkatan
suhu terus menerus setelah pemberian antipiretik dan antibiotik kemungkinan
terjadinya komplikasi perforasi usus.
|
2
|
Gangguan
pola eliminasi (BAB) b/d konstipasi
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 12 jam, diharapkan pola eliminasi
klien kembali normal.
KH
:
1. BAB
1 x/hari
2. Konstipasi
lunak
3. Warna
feces kuning
4. Tidak
berlendir
|
1. Kaji
pola eliminasi klien
2. Asukultasi
bunyi usus
3. Kaji
adanya keluhan nyeri abdomen
4. Anjurkan
makan-makanan yang lunak, buah-buahan yang merangsang BAB
5. Kolaborasi
dalam pemberian terapi sesuai indikasi
|
1. Sebagai
data dasar gangguan yang dialami memudahkan intervensi selanjutnya
2. Penurunan
menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan fekalit
3. Menandakan
adanya gas di perut sehingga mengakibatkan terjadinya distensi abdomen
4. Makanan
lunak serta buah-buahan yang kaya akan serat dapat mengatasi konstipasi
5. Dapat
merangsang peristaltik usus secara perlahan sehingga masalah konstipasi
teratasi
|
3
|
Intoleransi
aktivitas b/d kelemahan fisik, tirah baring
|
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 12 jam, diharapkan klien dapat
melakukan aktivitas secara bertahap.
KH
:
1. TTV
dalam batas normal
2. Tidak
ada keluhan lelah
3. Kekuatan
otot meningkat
|
1. Kaji
tingkat toleransi klien terhadap aktivitas
2. Kaji
jumlah makanan yang dikonsumsi klien setiap hari
3. Anjurkan
klien untuk tidah baring selama fase akut
4. Jelaskan
pentingnya pembatasan aktivitas selama perawatan
5. Bantu
klien melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan
6. Libatkan
keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari
7. Berikan
kesempatan pada klien melakukan aktivitas sesuai kondisi klien
|
1. Sebagai
dasar untuk menentukan intervensi
2. Untuk
mengidentifikasi intake nutrisi klien
3. Untuk
menurunkan metabolisme tubuh dan mencegah iritasi usus
4. Untuk
mengurangi peristaltik usus sehingga mencegah iritasi usus
5. Kebutuhan
aktivitas klien terpenuhi dengan energi minimal, sehinga mengurangi
peristaltik usus
6. Partisipasi
keluarga meningkatkan kooperatif klien dalam perawatan
7. Meningkatkan
partisipasi klien dapat meningkatkan harga diri dan meningkatkan toleransi
aktivitas
|
D.
IMPLEMENTASI
No
|
Hari/Tgl
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
1
|
S
E
L
A
S A
30
A
P R I L
2013
|
Peningkatan
suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi Salmonella Typhi
|
1.
Mengukur tanda-tanda vital An. D
H :
§ T : 38,1 0C
§ RR : 28 x/i
§ HR : 128 x/i
R : An. D rewel (menangis), dan tidak
tenang
2.
Mengamati membran mukosa bibir, pengisian kapiler
dan turgor kulit pada An. D
H :
·
Bibir kering
·
CRT & turgor kulit < 2 detik
3.
Menganjurkan An. D untuk banyak minum ± 2-2,5 L/hari
H : Minum (+)
R : An. D tidak sulit minum
4.
Menganjurkan ibu untuk melakukan kompres hangat
pada dahi, ketiak, dan lipat paha
H : Ibu melakukan kompres hangat di
dahi
R : Ny. I mengambil handuk kecil dan
air hangat dan melakukan kompres hangat
5.
Menjelaskan kepada ibu klien tentang pentingnya tirah
baring/pembatasan aktivitas selama fase akut
H : Ibu memahami manfaat tirah baring
selama fase akut (demam)
R : Ibu dan An. D memperhatikan
penjelasan yang diberikan
6.
Menjelaskan kepada Ibu klien tentang pentingnya menggunakan
pakaian yang tipis dan menyerap keringat bagi An. D
H : Baju An. D tipis dan menyerap
keringat
R : Ibu sudah memahami pentingnya
pakaian tipis dan menyerap keringat bagi An. D
7.
Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai
indikasi
H :
·
IVFD RL 30 gtt/i
·
Cotrimoxazole 2 x cth II
·
Paracetamol 3 x 1 tab
R : An. D mau meminum obat yang telah
diberikan dan tidak ada tanda-tanda alergi
8.
Melihat hasil pemeriksaan darah dan feses
H :
·
Hb : 15,6 g/dl
·
Ht : 46,9 %
·
Leu : 9.103/ml
·
Tromb : 189. 103/ml
·
LED : 5 mm
·
Widal :
ü O : 1/80 1/80
1/40 1/80
ü H : 1/40 1/40
1/80 1/80
9.
Mengamati adanya peningkatan suhu terus menerus,
distensi abdomen, dan nyeri abdomen
H : Suhu masih 38,1 0C, distensi
abdomen (-), suepel (+)
R : An. D mengatakan tidak merasakan
sakit dibagian perut
|
S :
ü Ibu klien
mengatakan badan anaknya masih panas, walaupun sudah dikompres
ü Ibu mengatakan
An. D sudah diberikan banyak minum
ü Ibu klien
mengatakan bahwa An. D tidak banyak berakivitas hanya berbaring di tempat
tidur
ü Ibu klien
mengatakan sudah memberikan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
ü Ibu klien
mengatakan sudah memberikan obat penurun panas yang diberikan
O :
ü Teraba panas
di dahi
ü T : 38 0C,
RR : 130 x/i, HR : 30 x/i
ü Kompres (+)
ü Minum (+)
ü Terbaring di
tempat tidur
ü Bibir lembab
ü Memakai baju
tipis dan menyerap keringat
ü Abdomen :
suepel
ü Paracetamol
ü IVFD RL 30
gtt/i
A :
Masalah
peningkatan suhu tubuh teratasi sebagian
P : Intervensi
dilanjutkan :
ü Kaji TTV
ü Anjurkan
banyak minum
ü Anjurkan untuk
kompres hangat
ü Kolaborasi
dalam pemberian terapi
|
2
|
Gangguan pola
eliminasi (BAB) b/d konstipasi
|
1.
Menanyakan kepada ibu pola eliminasi An. D
H : ibu klien mengatakan An. D belum
BAB ± 1 minggu
R : An. D mengatakan tidak sesak BAB,
Ibu klien mengatakan cemas karena AN. D tidak BAB selama ± 1 minggu
2.
Mendengarkan suara peristaltik usus
H : Terdengar peristaltik usus
3.
Mengkaji adanya keluhan nyeri abdomen
H : abdomen : suepel, nyeri (-)
R : An. D mengatakan tidak ada sakit
dibagian perut
4.
Menganjurkan ibu klien untuk memberikan
makan-makanan lunak, dan buah-buahan yang merangsang BAB (pisang, pepaya)
H : M2 TKTP (pakek telur), makan buah
apel
R : Ibu klien mengatakan memberikan
makanan yang di sediakan oleh RS dan pakek telur, Ibu klien mengatakan An. D
hanya mau makan buah apel
5.
Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai
indikasi
H : Lactulosa 3 x cth I
R : An. D mengatakan belum ada BAB
|
S :
ü Ibu klien
mengatakan bahwa An. D belum ada BAB
ü An. D
mengatakan tidak merasakan sakit pada perutnya
ü An. D
mengatakan tidak ada sesak BAB
ü An. D
mengatakan tidak suka makan buah pepaya dan pisang
ü An. D
mengatakan sudah minum obat
O :
ü BAB (-)
ü Abdomen :
suepel
ü M2 TKTP +
telur rebus
ü Makan apel (+)
ü Lactulosa 3 x
cth I
A :
Masalah pola
eliminasi belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan :
ü Kaji eliminasi
klien
ü Auskultasi
bunyi usus
ü Anjurkan
makan-makanan lunak dan buah
ü Kolaborasi
dalam pemberian terapi
|
|
3
|
Intoleransi
aktivitas b/d kelemahan fisik, tirah baring
|
1.
Mengkaji tingkat toleransi klien terhadap
aktivitas
H : Hanya bisa duduk dan terbaring
R : An. D mengatakan badanya lemah
2.
Mengkaji jumlah makanan yang dikonsumsi klien
H : Diet M2 TKTP 3x/hari, makan roti
(+), makan buah (+)
R : Ibu klien mengatakan An. D makan 3
x/hari tetapi tidak dihabiskan
3.
Memberi penjelasan kepada ibu untuk menjaga An. D
agar tidak banyak bergerak
H : An. D hanya terbaring di tempat
tidur
R : Ibu klien mengatakan akan membatasi
aktivitas An. D
4.
Membantu klien melakukan aktivitas sesuai
kebutuhan
H : Membantu An. D duduk
R : An. D mengatakan senang bisa duduk
5.
Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
aktivitas sehari-hari
H : Ibu klien bekerja sama dengan baik
R : Ibu klien mengatakan mau membantu
perawat
6.
Memberikan kesempatan pada klien melakukan
aktivitas sesuai indikasi
H : Bermain handphone
R : An. D senang bermain bola di HP
|
S :
ü Ibu klien
mengatakan bahwa An. D hanya bisa berbaring dan duduk di tempat tidur
ü Ibu klien
mengatakan anaknya sulit bergerak karena terpasang infus di kaki sebelah
kanan
O :
ü Berbaring di
tempat tidur
ü Terpasang
infus di kaki sebelah kanan
ü k/u : lemah
A :
Masalah
aktivitas belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan :
ü Kaji tingkat
toleransi klien terhadap aktivitas
ü Bantu
melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan
ü Anjurkan untuk
tiraj baring selama fase akut
ü Libatkan
keluarga dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari
|
|
1
|
R
A
B
U
O1
M
E I
2013
|
Peningkatan
suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi Salmonella Typhi
|
1.
Mengukur tanda-tanda vital An. D
H :
§ T : 36,2 0C
§ RR : 28 x/i
§ HR : 92 x/i
R : An. D sudah membaik dan terlihat
lebih segar
2.
Menganjurkan ibu klien untuk memberikan banyak
minum apabila demam
H : Minum (+)
R : Ibu klien akan memberikan banyak
minum apabila An. D demam
3.
Menganjurkan ibu untuk melakukan kompres hangat apabila
demam terulang kembali
H : Ibu akan melakukan kompres hangat apabila
demam lagi
R : Ibu klien mengucapkan terima kasih
atas anjuran yang diberikan
4.
Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai
indikasi
H :
·
IVFD RL 30 gtt/i
·
Cotrimoxazole 2 x cth II
·
Paracetamol 3 x 1 tab
R : An. D mau meminum obat yang telah
diberikan
|
S :
ü Ibu klien
mengatakan bahwa anaknya sudah tidak demam lagi
ü Ibu mengatakan
akan menjalankan anjuran yang telah diberikan apabila anaknya demam lagi
ü Ibu klien
mengatakan masih memberikan obat penurun panas karena takut demamnya terulang
lagi
ü Ibu klien
berterima kasih atas penjelasan yang telah diberikan kepadanya
O :
ü Ekspresi wajah
ibu klien terlihat senang
ü k/u : membaik
ü T : 36,5 0C,
RR : 28 x/i, HR : 92 x/i
ü Minum (+)
ü Bibir lembab
ü Paracetamol 3
x 1 tab
ü IVFD RL 30
gtt/i
A :
Masalah
peningkatan suhu tubuh sudah teratasi
P : Intervensi
dihentikan.
|
2
|
Gangguan pola
eliminasi (BAB) b/d konstipasi
|
1.
Menanyakan eliminasi kepada An. D
H : BAB (-)
R : An. D mengatakan belum ada BAB,
Ibu klien mengatakan anaknya tidak ada merasakan sesak BAB.
2.
Mendengarkan suara peristaltik usus
H : Terdengar peristaltik usus
R : An. D mengatakan tidak ada sesak
BAB
3.
Mengingatkan kembali ibu klien untuk memberikan
makan-makanan lunak, dan buah-buahan yang merangsang BAB (pisang, pepaya)
H : M2 TKTP (pakek telur), makan pisang
(+)
R : Ibu klien mengatakan anaknya pagi
ini makan dengan nasi, telur, dan sayur bening
4.
Berkolaborasi dalam pemberian terapi sesuai
indikasi
H : Diet M2 TKTP, Lactulosa 3 x cth I
|
S :
ü Ibu klien
mengatakan bahwa anaknya sudah BAB tetapi sedikit
ü Ibu klien
mengatakan feces anaknya keras dan bau, berwarna kuning
ü Ibu klien
mengatakan anaknya juga makan pisang walaupun harus dipaksa terlebih dahulu
ü Ibu klien
mengatakan siang ini anaknya makan dengan nasi yang telah disediakan dan
pakai telur
O :
ü Peristaltik
usus (+) 12 x/i
ü M2 TKTP +
telur rebus
ü Makan pisang (+)
¼ bagian
ü Lactulosa 3 x
cth I
A :
Masalah pola
eliminasi teratasi
P : Intervensi
dihentikan
|
|
3
|
Intoleransi
aktivitas b/d kelemahan fisik, tirah baring
|
1.
Mengevaluasi tingkat toleransi klien terhadap
aktivitas
H : Duduk dan berbaring
R : An. D mengatakan badanya sudah
tidak lemas lagi dan ingin berjalan
2.
Membantu klien melakukan aktivitas sesuai
kebutuhan
H : hanya bisa duduk karena terpasang
infus di kaki kanan
R : An. D mengatakan minta dilepaskan
infusnya
3.
Mengingatkan untuk tirah baring apabila masih
lemah
H : k/u : membaik
R : An. D mengatakan ya
4.
Melibatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
aktivitas sehari-hari
H : Makan dibantu, kencing dibantu,
dan duduk mandiri
R : Ibu klien mengatakan aktivitas
anaknya masih harus dibantu
|
S :
ü Ibu klien
mengatakan bahwa infus anaknya sudah dilepas jam 11.00 wib
ü Ibu klien
mengatakan anaknya sudah membaik karena sudah bisa berjalan dan bermain
bersama teman 1 ruangan
ü Ibu klien
mengatakan senang karena anaknya besok sudah boleh pulang
ü Ibu klien
mengatakan akan menjaga anaknya agar tidak terlalu kecapaian karena belum
sembuh betul
ü Ibu klien
mengucapkan terima kasih karena sudah perduli dengan anaknya
O :
ü Ekspresi ibu
klien senang
ü An. D terlihat
senang dan bermain bersama teman 1 ruangan
ü k/u : baik
ü tampak lebih
segar
A :
Masalah
aktivitas teratasi
P : Intervensi
dihentikan oleh mahasiswa. Terapi pengobatan dilanjutkan oleh pegawai ruangan
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Typhoid
adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan
gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan
kesadaran. Penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang
disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella type A.B.C penularan terjadi
secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Cara
pencegahan penyakit typoid yang dilakukan adalah cuci tangan setelah dari
toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum
susu mentah (yang belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air
sampai mendidih dan hindari makanan pedas.
B. Saran
Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dengan adanya makalah
ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang penyakit typoid dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Djauzi
& Sundaru. 2003.
Imunisasi Dewasa. Jakarta : FKUI
Mansjoer,
A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.
Jakarta : Media Aesculapius
Ngastiyah.
2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2.
Jakarta : EGC
Soegeng,
S. 2005. Ilmu Penyakit Anak “Diagnosa dan
Penatalaksanaan”. Jakarta : Salemba Medika
Suryadi.
2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : CV Agung Setia
Syamsuhidayat,
W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Jakarta : EGC
Water Hack Burns 2 lb of Fat OVERNIGHT
BalasHapusWell over 160 000 men and women are trying a simple and secret "liquids hack" to burn 1-2 lbs each and every night while they sleep.
It is effective and works every time.
Just follow these easy step:
1) Go grab a clear glass and fill it up half glass
2) Then use this weight losing hack
and become 1-2 lbs thinner when you wake up!
save...
BalasHapus